Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif
Lev Vygotsky
Oleh : Nur Azizah Fadhilah
Pendidikan pada zaman ini memegang peran yang sentral dalam hidup manusia.
Karena dengan pendidikan, dalam hal ini pendidikan formal, mampu membantu
seseorang untuk dengan mudah memperoleh pengetahuan yang logis dan sistematis.
Dengan melihat betapa penting dan sentralnya pendidikan dalam rangka mendidik
anak-anak bangsa, maka perlulah untuk menyambut dengan penuh penghargaan bagi
mereka yang telah memfokuskan perhatian di dalamnya. Perlu juga untuk
mengusahakan metode pendidikan yang sesuai dan efektif bagi pengembangan
kognitif anak.
Psikologi pendidikan adalah sebuah
cabang dalam psikologi secara umum. Psikologi pendidikan memberikan landasan
bahwa kata pendidikan/education atau menurut bahasa Latin, educere mempunyai
makna membantu untuk mengembangkan, memajukan, dan atau menumbuhkan. Dalam mata
kuliah psikolog pendidikan, dijabarkan dasar mengenai makalah yang berjudul
Teori Pendidikan: Teori Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky (1896-1934) ini.
Masalah utama yang akan dibahas dalam makalah ini adalah melihat atau melakukan
sebuah kajian tentang Teori Perkembangan Sosial Kognitif Vygotsky dilihat
dengan kacamata psikologi pendidikan. Sehingga nantinya akan ditemukan korelasi
antara keduanya. Tujuannya adalah untuk mencoba bercermin dan memberikan masukan
secara tepat dalam menangani pendidikan anak.
Terdapat beberapa pendekatan yang
berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Satu di antara teori tersebut
adalah teori konstruksi pemikiran sosial. Kontekssosial juga merupakan satu di antara sudut pandang
dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial
dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan
pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia pendidikan.
Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih baik daripada
secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev
Vygotsky, Albert
Bandura, dan Michael
Tomasello. Teori
perkembangan kognitif Vygotsky kerap dijadikan salah satu
bahasan kajian. Alasannya, ia memiliki penilaian tersendiri yang membedakannya
dengan para tokoh yang lain.
Vygotsky sangat dikenal sebagai
seorang ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan teori sosiobudaya. Teori
yang dinyatakan oleh Vygotsky ini merupakan teori gabungan antara kognitif
dengan sosial. Teorinya ini juga menyatakan bahwa perkembangan kanak-kanak
bergantung kepada interaksi kanak-kanak dengan orang ada di sekitarnya yang
menjadi alat penyampaian sesuatu budaya yang membantu mereka membina pandangan
tentang sekelilingnya.
Dalam kajian ini, terdiri dari
beberapa pokok bagian pembahasan. Pertama, akan dilihat secara menyeluruh
tentang teori perkembangan sosial kognitif Vygotsky. Secara definitif, teori
Vygotsky merupakan bagian atau cabang dari teori besar konstruktivisme.
Pembahasan teori Vygotsky lebih berpusat pada argumen bahwa relasi sosial
dengan masyarakat dan budayalah yang membentuk pengetahuan seorang.
Kedua, melakukan analisis teori
perkembangan sosial kognitif Vygotsky dalam psikologi pendidikan pendidikan.
Apakah teori Vygotsky mempunyai kesamaan atau sejalan dengan teori yang
terdapat dalam psikologi pendidikan? Akhirnya dalam kesimpulan nanti dapat
diperoleh sebuah teori Vygotsky ternyata sejalan dengan psikologi pendidikan.
Artinya dalam teori Vygotsky terdapat beberapa hal yang menjadi unsur dalam
teori psikologi pendidikan. Misalnya bahwa seorang guru bukanlah seorang yang
mahatahu, melainkan dari dialog dan interaksi keduanya lah yang lebih penting
untuk terjadi.
Latar Belakang Teori Lev Vygotsky
(1896-1934)
Nama lengkapnya adalah Lev
Semyonovich Vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota Tsarist, Russia,
tepatnya pada pada 17 November 1896, dan berkuturunan Yahudi. Ia tertarik
pada psikologi saat berusia 28 tahun. Sebelumnya, ia lebih menyukai duniasastra.
Awalnya, ia menjadi guru sastra di sebuah sekolah, namum pihak sekolah juga
memintanya untuk mengajarkan psikologi. Padahal, ia sama sekali tidak pernah
mengenyam pendidikan formal di fakultas psikologi sebelumnya. Namun, inilah
skenario yang membuatnya menjadi tertarik untuk menekuni psikologi, hingga akhirnya ia melanjutkan
kuliah di program studi psikologi Moscow Institute of Psychology pada tahun
1925. Judul disertasinya mengenai ”Psychology of Art”.
Lev Vygotsky adalah seorang psikolog
yang berasal dari Rusia dan hidup pada masa revolusi Rusia. Vygotsky dalam
menelurkan pemikiran-pemikirannya di dunia psikologi kerap menghadapi rintangan
oleh pemerintah Rusia saat
itu. Perkembangan pemikirannya meluas setelah ia wafat pada tahun 1934,
dikarenakan menderita penyakit TBC. Vygotsky pun sering dihubungkan dengan
psikolog Swiss bernama Piaget. Lahir pada masa yang sama dengan Piaget, seorang
psikolog yang juga mempunyai keyakinan bahwa keaktifan anak yang membangun
pengetahuan mereka. Vygotsky meninggal dalam usia yang cukup muda, yaitu ketika
masih berusia tigapuluh tujuh tahun.
Vygotsky merupakan satu di antara
tokoh konstruktivis. Konstruktivisme adalah argumen bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari seseorang yang mengenal sesuatu. Seseorang yang belajar
dipahami sebagai seseorang yang membentuk pengertian/pengetahuan secara aktif
dan terus-menerus
Sumbangan penting teori Vygotsky
adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosiokultural. Inti teori Vygotsky
adalah menekankan interaksi antara aspek “internal” dan “eksternal” dari
pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut
teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing
individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi
saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-
tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone
of proximal development adalah jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat kemampuan perkembangan potensial yang ditunjukkan dalam kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu.
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding adalah
memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat
berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam
bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendakisetting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masingzone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendakisetting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masingzone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky banyak menekankan peranan
orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut
Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti
kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak
tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berpikir
dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap
sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal
dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota
kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan
membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak
dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Vygotsky menekankan baik level
konteks sosial yang bersifat institusional maupun level konteks sosial yang
bersifat interpersonal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan
menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif
melalui institusi seperti sekolah, penemuan seperti komputer dan mengenal
huruf. Interaksi institusional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku
dan sosial yang luas untuk membimbing hidupnya. Level interpersonal memiliki
suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian mental anak. Menurut
Vygotsky, keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang
melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat,
keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif
dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian
pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar
belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Aliran psikologi yang dipegang oleh
Vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme karena ia lebih menekankan pada
hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif,
juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif. Oleh karenanya,
konsep teori perkembangan kognitif Vygotsky berkutat pada tiga hal:
Hukum Genetik tentang Perkembangan (Genetic
Law of Development)
Setiap kemampuan seseorang akan
tumbuh dan berkembang melewati dua aturan, yaitu tataran sosial lingkungannya
dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
Zona Perkembangan Proksimal (Zone
of Proximal Development)
Meskipun pada akhirnya anak-anak
akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari,
Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan
orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional
formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky membedakan antara actual
development dan potential development pada anak.Actual
development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development
membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di
bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zona
Perkembangan Proksimal merupakan celah antaraactual development dan potensial
development, di mana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah
menitikberatkan pada interaksi sosial dapat memudahkan perkembangan anak.
Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka
kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa
seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara
sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui perubahan yang
berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan pengertian
barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan mendalami kemudian
menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini adalah bahwa siswa belajar
untuk pengaturan sendiri (self-regulation).
Mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda
maupun lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis.
Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif Vygotsky akan
ditemukan dua jenis mediasi, yaitu metakognitif dan mediasi kognitif. Media
metakognitif adalah penggunaan alat-alatsemiotic yang bertujuan
untuk melakukan self
regulation (pengaturan diri) yang mencakup self planning, self
monitoring, self checking, dan self evaluation. Media
ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Sedangkan media kognitif adalah
penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pengetahuan tertentu. Sehingga media ini dapat berhubungan dengan konsep
spontan (yang mungkin salah) dan konsep ilmiah
(yang lebih terjamin kebenarannya).
Inti Teori Vygotsky
Vygotsky lebih menekankan pada peran
aspek sosial dalam pengembangan intelektual atau kognitif anak. Vygotsky
memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak
mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu.
Secara singkat, teori perkembangan
sosial berpendapat bahwa interaksi sosial dengan budaya mendahului. Maksudnya
dari relasi dengan budaya membuat seorang anak mengalami kesadaran dan
perkembangan kognisi. Jadi intinya Vygotsky memusatkan perhatiannya pada
hubungan dialektik antara individu dan masyarakat dalam pembentukan
pengetahuan. Pengetahuan terbentuk sebagai akibat dari interaksi sosial dan
budaya seorang anak.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pengetahuan spontan dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan spontan mempunyai sifat lebih kurang teridentifikasi secara jelas, tidak logis, dan sistematis. Sedangkan pengetahuan ilmiah sebuah pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal dan sifatnya lebih luas, logis, dan sistematis. Kemudian proses belajar adalah sebuah perkembangan dari pengertian spontan menuju pengertian yang lebih ilmiah.
Pengetahuan ilmiah terbentuk
dari sebuah proses relasi anak dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini bergantung
pada seberapa besar kemampuan anak dalam menangkap model yang lebih ilmiah.
Dalam proses ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Bahasa sebagai
alat berkomunikasi yang membantu anak dalam menyampaikan pemikirannya dengan
orang lain. Dengan demikian diperlukan sebuah penyatuan antara pemikiran dan
bahasa.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Seorang anak dalam masa pembelajarannya, idealnya harus mampu memvisulisasikan apa yang menjadi pemikirannya dalam bahasa. Ketika hal tersebut telah mampu terwujud itu berarti ia juga telah mampu menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara-sendiri. Menurut Vygotsky seorang anak yang mampu melakukan pembicaraan pribadi lebih berpeluang untuk lebih baik dalam hubungan sosial. Karena pembicaraan pribadi adalah sebuah langkah awal bagi seorang anak untuk lebih mampu berkomunikasi secara sosial. Bahasa adalah sebuah bentuk awal yang berbasis sosial. Pandangan Vygotsky ini berkonfrontasi dengan Piaget yang lebih menekankan pada percakapan anak yang bersifat egosentris.
Unsur yang perlu untuk dibahas lebih lanjut adalah mengenai kebudayaan dan masyarakat. Seperti sudah dikatakan pada awal penjelasan tadi, dalam teori Vygotsky, kebudayaan adalah penentu utama perkembangan individu. Kebudayaan sendiri terdiri dari beberapa bentuk, seperti bahasa, agama, mata pencaharian, dan lainnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa dalam teori Vygotsky terdapat tiga klaim besar. Pertama, bahwa kemampuan
kognitif seorang anak dapat diketahui hanya jika dianalisis dan ditafsirkan.
Kedua, kemampuan kognitif diperoleh dengan bantuan kata, bahasa, dan bentuk
percakapan, sebuah bentuk alat dalam psikologi yang membantu seseorang untuk
mentransformasi kegiatan mental. Vygotsky berargumen bahwa sejak kecil seorang
anak mulai menggunakan bahasa untuk merencanakan setiap aktivitasnya dan
mengatasi masalahnya. Ketiga, kemampuan kognitif berasal dari hubungan-hubungan
sosial ditempelkan pada latar belakang sosiokultural.
The More Knowledgeable Other (MKO)
Istilah ini jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi orang lain yang lebih tahu. MKO mengacu kepada
siapa saja yang mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pelajar, dalam hal
ini termasuk guru, teman sebaya, atau bahkan komputer.
Seorang pelajar perlu berinteraksi
dengan orang yang mempunyai pengetahun lebih dari dirinya. Karena hal tersebut
akan lebih memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan sosial
kognitif pelajar tersebut. Sekali lagi, bagi Vygotsky faktor interaksi sosial dengan
sesuatu yang lebih kompeten di luar diri menjadi kunci perkembangan kognitif
anak.
Perkembangan Bahasa
Bagi Vygotsky bahasa berkembang dari
interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah
komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak
mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu
memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan
bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari
menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret,
percakapan batiniah tidak terdengar lagi.
Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme pada
pendidikan berusaha merubah pendidikan dari dominasi guru menjadi pemusatan pada
siswa. Peranan guru adalah membantu siswa mengembangkan pengertian baru. Siswa
diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalaman, pengetahuan, dan pengertiannya
dan kesiapan mereka untuk tahu dari pembentukan pengertian baru ini. Pada
bagian ini, dapat dilihat permulaan aliran konstruktivisme, peranan pengalaman
siswa dalam belajar, dan cara mengasimilasi pengertiannya.
Konstruktivisme adalah suatu teori
belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik
psikologi. Pedoman filosofi pada teori ini ditemukan pada abad ke-5 SM. Metode
baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek
pemecahan masalah aliran konstruktivisme. Penyelidikan atau pengalaman fisik,
pengalaman pendidikan adalah kunci metode konstruktivisme.
Pendukung konstruktivisme percaya
bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan mengikat informasi yang kita
peroleh dari pengalaman ini ke dalam pengertian sebelumnya, membentuk
pengertian baru. Dengan kata lain, pada proses belajar masing-masing pelajar
harus mengkreasikan pengetahuannya. Pada konstruktivis, kegiatan mengajar
adalah proses membantu pelajar-pelajar mengkreasikan pengetahuannya.
Konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan tidak hanya kegiatan penemuan yang
memungkinkan untuk dimengerti, tetapi pengetahuan merupakan cara suatu
informasi baru berinteraksi dengan pengertian sebelumnya dari pelajar.
Para konstruktivisme menekankan
peranan motivasi guru untuk membantu siswa belajar mencintai pelajaran. Tidak
seperti behaviourist yang menggunakan sanksi berupa reward,
konstruktivisme percaya bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada
pelajaran lebih kuat daripada reward eksternal.
Konstruktivisme
yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 dan yang bekerja sebagai ahli
Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky. Beliau sangat tertarik pada efek
interaksi siswa dengan teman sekelas pada pelajaran. Vygotsky mencatat bahwa
interaksi individu dengan orang lain berlangsung pada situasi sosial. Vygotsky
percaya bahwa subjek yang dipelajari berpengaruh pada proses belajar, dan
mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode pembelajaran
tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik untuk mendesain
kurikulum sebagai fasilitas dalam interaksi siswa.
Aplikasi dan Implikasi Teori dalam
Pendidikan
Agar pembahasan tentang teori
Vygotsky langsung terasa bagi usaha pengembangan kognitif, banyak usaha konkret
yang dapat dilakukan dalam mengaplikasikan teori tersebut, misalnya:
1. Teori Vygotsky menuntut pada penekanan interaksi antara peserta didik dan tugas-tugas belajar. Mengedepankan suatu proses belajar dimana siswa lebih berperan aktif. Dengan demikian peran guru lebih bergeser lebih menjadi fasilitator konstruksi siswa.
2. Menggunakan zone of proximal development. Dengan penyesuaian terus menerus.
3. Banyak menggunakan teman sebaya sebagai guru. Artinya bahwa memang bukan hanya orang dewasa yang mampu membantu seorang anak dalam perkembangan kognitifnya. Karena faktanya memang bahasa teman sebaya lebih mudah untuk dipahami dalam interaksinya.
Analisis Psikologi Pendidikan
Analisis awal adalah langsung
membandingkan inti teori Vygotsky. Hal pertama yang menjadi sorotan kita adalah
tentang argumen bahwa interaksi sosial dan budaya lebih berperan dalam
pengembangan kognitif anak. Inti penekanan teori Vygotsky adalah bahwa
interaksi sosial dengan sesuatu di luar dirinya yang membuat kognitif anak
berkembang. Dengan demikian, zone proximal development anak
semakin meningkat.
Teori Vygotsky tentang bahasa
sebagai alat untuk seseorang dalam mengembangkan kognitif mengalami keselarasan
dengan pandangan dalam psikologi pendidikan. Dalam filsafat pendidikan pun
beranggapan bahwa manusia membutuhkan pendidikan untuk bertahan. Manusia
membutuhkan bahasa untuk mampu mendapatkan pengetahuan atau ia mempelajari
bahasa yang berfungsi sebagai alat transformasi pengetahuan tersebut. Lebih
dalam bahwa proses transfer ilmu mampu terjadi dengan menggunakan bahasa
sebagai sarananya.
Kemudian dalam teori Vygotsky
terdapat pula beberapa unsur yang menjadi agen perubahan. Artinya seorang anak
perlu mendapat bimbingan dari orang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih
dari dirinya. Proses pendampingan secara dialektika membantu meningkatkan
perkembangan kognitif anak. Pengetahuan anak yang awalnya masih dalam bentuk
spontan, berubah menjadi semakin tertata, sistematis dan logis.
Teori Vygotsky di atas juga
mengalami keselarasan dengan teori dalam psikologi pendidikan. Dalam psikologi
pendidikan kita dapat menemukan beberapa konsep tentang agen-agen perubahan
untuk membantu anak mengembangkan kognitifnya. Agen-agen perubahan dalam
psikologi pendidikan adalah keluarga dan negara. Agen-agen perubahan
seolah-olah menjadi tombak dalam usaha mengembangkan kognitif atau intelektual.
Peran mereka sangat sentral dalam membantu anak mengolah pengetahuan spontan
mereka menjadi pengetahuan yang lebih tertata, sistematis, dan logis.
Kesimpulan
Pada intinya dapat disimpulkan bahwa
dalam teori Vygotsky mengandung banyak unsur psikologi pendidikan, khususnya
pokok bahasan pendidikan dan budaya. Jika dalam teori Vygotsky anak perlu
berinteraksi dengan budaya. Maka dalam filsafat pendidikan pun dapat kita
temukan bahwa bahasa, sebagai hasil budaya juga menjadi sangat sentral bagi
berkembangnya kognitif. Bahasa menjadi alat transfer ilmu. Beberapa konsep
dalam psikologi pendidikan juga selaras dengan teori pengembangan kognitif
Vygotsky. Psikologi pendidikan telah memberikan landasan filosofis bagi
teori-teori pengembangan intelektual.
Daftar Pustaka
Santrock, John W. 2008. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana.
(Diakses pada 19 Februari 2011,
pukul 18.06 WIB)
(Diakses pada 20 Februari 2011,
pukul 15.37 WIB)
(Diakses pada 22 Februari 2011,
pukul 17.47 WIB)
sumber: kompasiana